TUGAS PAPER
Kebudayaan Ojhung dalam Fungsionalisme Budaya
Menurut Marzali (2006), Malinowski
mengungkapkan bahwa aliran fungsionalisme sama seperti “fungsi” atau “guna”,
yang dikaitkan dengan kebutuhan psikologis dan biologis manusia. Dengan demikian,
budaya menghasilkan pola tingkah laku yang khas pada masyarakat yang dapat
ditinjau tidak hanya melalui sudut fisiologis melainkan juga melalui
penentu-penentu kebudayaan.
Budaya
dilihat sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikobiologis suatu
individu dalam suatu hubungan yang fungsional, maka di sini budaya dipandang
sebagai hal imperatif, sebagaimana menurut Malinowski bahwa budaya adalah: “conditions which must be fulfilled if the
community is to survive” (Marzali, 2006). Malinowski membedakan dua macam
imperatif, yaitu instrumental imperatives
yang terdiri dari hal-hal semacam ekonomi, hukum, dan pendidikan, dan integrative imperatives yang terdiri
dari hal-hal seperti ilmu gaib, agama, pengetahuan, dan kesenian.
Budaya Ojung merupakan suatu
kebudayaan olahraga mengadu kekebalan tubuh yang berasal dari Sumenep dan Situbondo.
Tradisi ini dilakukan atas dasar tujuan yaitu untuk meminta hujan kepada sang
kuasa dan juga menghindari bencana atau penolak bala. Selain itu, kebudayaan
ojhung juga merupakan simbol rasa syukur masyarakat atas tercapainya tujuan
masyarakat. Bagi masyarakat setempat, globalisasi tidak dapat mempengaruhi
kepercayaan dalam tradisi ojhung yang dilakukan masyarakat karena mereka
meyakini apabilai kebudayaan tersebut ditinggalkan maka akan menerima berbagai
hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyakit dan gagal panen.
Dilihat
dari segi wujud kebudayaannya, maka kebudayaan ojhung merupakan suatu
aktivitas-aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat.
karena kebudayaan ojhung selain mengadu kekebalan tubuh, juga terdapat
ritual-ritual lain yang harus dipenuhi seperti diadakan acara slametan sebelum dilakukan ojhung,
kemudian penyiapan sesajen yang terdiri dari nasi tujuh warna, bunga 1000
macam, kepala sapi, kepala kambing dan kepala kerbau, 1000 tusuk sate, kue yang
warnanya menyerupai warna 7 hewan buas,
dan tempat yang dipergunakan untuk menaruh sesajen yaitu legin yang terbuat
dari bambu. Adapun panitia penyelenggara harus ditunjuk langsung oleh kepala
desa setempat. Dan mempunyai pola berpakaian kopyah dan sarung dengan
masing-masing kesempatan untuk memukul dan menangkis sebanyak tiga kali.
Apabila dikaitkan dengan teori
fungsionalisme menurut Malinowski, maka kebudayaan ojhung memiliki fungsi untuk
memenuhi kebutuhan psikologis karena menganut kepercayaan untuk menurunkan
hujan serta menolak bencana bahkan sebagai wujud rasa syukur kepada sang Maha
Kuasa. Selain itu, kebudayaan ojhung tersebut apabila berdasar pada pembagian
fungsionalisme menurut Malinowski, maka tergolong sebagai Integrative Imperatives karena berisi nilai-nilai mengenai hal-hal
gaib berupa perpaduan antara fungsi kesenian dan fungsi kepercayaan.
Daftar Pustaka
Marzani, A. 2006. Struktural-Fungsionalisme. Antropologi Indonesia. 30(2) : 127-137.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar