Kamis, 03 Januari 2019

Kebudayaan Ojhung dalam Fungsionalisme Budaya

TUGAS PAPER
Kebudayaan Ojhung dalam Fungsionalisme Budaya



Menurut Marzali (2006), Malinowski mengungkapkan bahwa aliran fungsionalisme sama seperti “fungsi” atau “guna”, yang dikaitkan dengan kebutuhan psikologis dan biologis manusia. Dengan demikian, budaya menghasilkan pola tingkah laku yang khas pada masyarakat yang dapat ditinjau tidak hanya melalui sudut fisiologis melainkan juga melalui penentu-penentu kebudayaan.
            Budaya dilihat sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikobiologis suatu individu dalam suatu hubungan yang fungsional, maka di sini budaya dipandang sebagai hal imperatif, sebagaimana menurut Malinowski bahwa budaya adalah: “conditions which must be fulfilled if the community is to survive” (Marzali, 2006). Malinowski membedakan dua macam imperatif, yaitu instrumental imperatives yang terdiri dari hal-hal semacam ekonomi, hukum, dan pendidikan, dan integrative imperatives yang terdiri dari hal-hal seperti ilmu gaib, agama, pengetahuan, dan kesenian.
Budaya Ojung merupakan suatu kebudayaan olahraga mengadu kekebalan tubuh yang berasal dari Sumenep dan Situbondo. Tradisi ini dilakukan atas dasar tujuan yaitu untuk meminta hujan kepada sang kuasa dan juga menghindari bencana atau penolak bala. Selain itu, kebudayaan ojhung juga merupakan simbol rasa syukur masyarakat atas tercapainya tujuan masyarakat. Bagi masyarakat setempat, globalisasi tidak dapat mempengaruhi kepercayaan dalam tradisi ojhung yang dilakukan masyarakat karena mereka meyakini apabilai kebudayaan tersebut ditinggalkan maka akan menerima berbagai hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyakit dan gagal panen.
            Dilihat dari segi wujud kebudayaannya, maka kebudayaan ojhung merupakan suatu aktivitas-aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. karena kebudayaan ojhung selain mengadu kekebalan tubuh, juga terdapat ritual-ritual lain yang harus dipenuhi seperti diadakan acara slametan sebelum dilakukan ojhung, kemudian penyiapan sesajen yang terdiri dari nasi tujuh warna, bunga 1000 macam, kepala sapi, kepala kambing dan kepala kerbau, 1000 tusuk sate, kue yang warnanya menyerupai warna 7  hewan buas, dan tempat yang dipergunakan untuk menaruh sesajen yaitu legin yang terbuat dari bambu. Adapun panitia penyelenggara harus ditunjuk langsung oleh kepala desa setempat. Dan mempunyai pola berpakaian kopyah dan sarung dengan masing-masing kesempatan untuk memukul dan menangkis sebanyak tiga kali.
Apabila dikaitkan dengan teori fungsionalisme menurut Malinowski, maka kebudayaan ojhung memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan psikologis karena menganut kepercayaan untuk menurunkan hujan serta menolak bencana bahkan sebagai wujud rasa syukur kepada sang Maha Kuasa. Selain itu, kebudayaan ojhung tersebut apabila berdasar pada pembagian fungsionalisme menurut Malinowski, maka tergolong sebagai Integrative Imperatives karena berisi nilai-nilai mengenai hal-hal gaib berupa perpaduan antara fungsi kesenian dan fungsi kepercayaan.



Daftar Pustaka

Marzani, A. 2006. Struktural-Fungsionalisme. Antropologi Indonesia. 30(2) : 127-137.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar